Sadon, IR64 Jadi Primadona di Cingebul

Sejumlah petani melintas di pematang sawah usai bertanam padi
Sejumlah petani melintas di pematang sawah usai bertanam padi (Foto: Admin-R)

Cingebul.desa.id – Benih varietas padi IR 64 jadi idola petani pada musim tanam kedua (MT 2) atau biasa disebut sadon oleh masyarakat Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas.

Salah satu petani, Mubakir mengatakan menanam padi IR 64 lantaran umurnya yang pendek dan rasanya yang pulen dan enak. Hasilnya pun, tak kalah dengan varietas unggulan lainnya.

“Paling penting adalah umurnya yang pendek, sekitar 90 hari. Dengan demikian nanti tidak kurang air. Sebab, sawah Cingebul kebanyakan tadah hujan,” katanya, Sabtu (23/4).

Mubakir menjelaskan, selain IR 64, ada pula petani yang menanam varietas ciherang, mekongga dan inpari.

“Tapi kebanyakan memang menanam IR 64,” ujarnya.

Sementara, petani lainnya Roikhatul Jannah berujar ia tetap setia menanam varietas mentik wangi dan rojolele. Alsannya, dua varietas ini resisten terhadap penyakit.

“Seperti kemarin saat musim rendeng, saat varietas lain terserang busuk leher dan hawar daun, mentikwangi dan rojolele saya aman. Hasilnya tetap maksimal,” ujarnya.

Sementara, dalam pantauan cingebul.desa.id, harga gabah kering giling (GKG) di Cingebul berkisar antara Rp4300 hingga Rp4500 per kilogram atau terpaut sekira Rp200 dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Sejumlah pedagang berkilah, hasil panen rendeng lalu di Cingebul memiliki rendemen yang rendah lantaran serangan oenyakit dan tanaman rebah.

“Kalau digiling hanya keluar maksimal 60 kilogram beras dari sekwintal gabah. Kalau dipaska harga HPP kita yang rugi,” kilah pengusaha penggilingan padi, Sabar. (Admin-R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *