Sawah Mengering, Petani Cingebul Tanam Kedelai

Foto-0866

Musim kemarau tahun ini, petani Desa Cingebul menanam kedelai. Lahan persawahan di Cingebul merupakan sawah tadah hujan sehingga pada musim kemarau persawahan mengering. Di desa yang berbatasan dengan Desa Cinangsi (Kabupaten Cilacap) ini tidak memiliki irigasi.

Para petani menanam palawija secara turun-temurun. “Petani menanam palawija setiap kemarau, salah satunya kedelai,” ujar Wasrun Rizal, Ketua Kelompok Tani Wana Jaya Desa Cingebul.

Menurut Wasrun, petani memanen kedelai sekitar 110 hari atau tiga setengah bulan. Jenis kedelai yang ditanam adalah varietas Anjasmoro. Jenis kedelai ini memiliki keunggulan, yaitu biji besar dan tahan terhadap penyakit atau hama. Daun kedelai yang masih hijau biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak kambing.

Petani memperoleh benih kedelai melalui bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas. Mereka menanam kedelai dengan cara tradisional. Pertama, petani menyiapkan lahan. Mereka membuat lubang pada pangkal (bedogol) padi yang popular disebut panja. Setiap lubang diisi dua biji kedelai.

Kedua, menutup lubang dengan jerami bakar. Petani mengumpulkan jerami dan menyebarnya di areal persawahan, kemudian dibakar. Cara ini berfungsi untuk menutup dan memupuk kedelai. Pada pagi hari, embun akan membasahi arang jerami dan percampuran ini menjadi pupuk bagi kedelai.

Sawah seluas satu hektar memerlukan benih empat puluh kg. Jika tidak terserang hama, lahan tersebut bisa menghasilkan sekitar dua ton kedelai kering. Kedelai yang sudah dipanen diproses agar siap dijual atau disimpan. Harga jual per kg yaitu Rp 7.000. Petani biasanya menjual kedelai tanpa harus ke pasar. Pembeli mendatangi ke rumah petani dengan harga bersaing, selisih harga sekitar Rp 500 per kg.

Pemerintah Desa (Pemdes) Cingebul memberikan dukungan terhadap petani kedelai dengan cara mengajukan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) ke Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas. Pada tahun ini, petani mendapat alokasi 240 kg benih kedelai untuk lahan lima hektar.

Awalnya, Pemdes Cingebul mengajukan benih untuk sekitar 25 hektar. Akan tetapi, musim tanam sudah lewat dan lahan sawah banyak yang kering, desa ini hanya menerima benih untuk lima hektar. Dua puluh hektar lainnya terpaksa dibiarkan. Lahan tersebut akan tumbuh rumput yang digunakan untuk ternak kambing. (Mustofa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *