KAMIS BANYUMASAN
Jika penggunaan pakaian berdesainkan seperti bangsa asing semakin banyak, saya khawatir, suatu hari nanti kita menjadi bangsa yang punah.
Kekhawatiran itu dalam tulisannya, “Bangsa yang Terjajah”. Kekhawatiran itu cukup beralasan ketika melihat kenyataan di lapangan penggunaan pakaian kini begitu maraknya muda-mudi mengenakan pakaian dengan mengumbar aurat.
Upaya menghidupkan kembali berpakaiaan adat memang merupakan tantangan berat bagi para tokoh pemuka masyarakat. Terlebih tayangan acara televisi yang saat ini kian merusak moral anak bangsa. Kita tak bisa menutup mata bahwa di Negara Indonesia tercinta ini, kurangnya kesadaran masyarakat kita terhadap keberadaan budaya di Negri ini sehingga seringkali dipandang sebelah mata.
Persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut jika pakaian adat tak ingin punah. Jika persoalan ini sepenuhnya dilimpahkan kepada tokoh pemuka masyarakat saja, sungguh tidak bijaksana. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, sekolah, guru, bahkan orang tua untuk mengatasi persoalan ini.
Pemerintah melalui DPR(D) / Bupati kini mengeluarkan undang-undang yang memihak bagi pelestarian Pakaian adat Banyumas dan menggunakan bahasa daerah banyumasan yang sudah diberlakukan setiap hari Kamis. Dan yang tak kalah penting adalah peran orang tua. Orang tua perlu memperkenalkan cara berpakaian yang sesuai dengan nilai-nilai adab/sopan santun sebagai kebiasaan dalam berpakaian sehari-hari kepada putra-putrinya. Orang tua tak perlu minder mengajari anaknya untuk mengkomunikasikan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Jika upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan, bukan mustahil para muda-mudi akan kembali dengan memakai baju adat walaupun tidak mengenakan seperti halnya pakaian adat yang betul-betul seperti jaman dahulu kala. Mereka tidak akan merasa asing hidup di tanah leluhurnya sendiri. Dengan demikian, mereka akan semakin mencintai budaya bangsanya sendiri, bukan budaya asing. Ajining diri Soko Lati Ajining rogo soko Busono. Bahasa menunjukkan bangsa adalah pepatah yang harus dimaknai secara mendalam, bukan slogan semata. Maka, mari bumikan lagi pakaian adat dan bahasa daerah!***
Penulis Oplane@hilalae.