Suhu Tinggi, Pembudidaya Jamur Cingebul Alami Penurunan Panen Harian

Kelompok Pembudidaya Jamur SaE Organik Cingebul tengah meng-inokulasi (membibit) baglog jamur tiram. (Foto: Admin-r)
Kelompok Pembudidaya Jamur SaE Organik Cingebul tengah meng-inokulasi (membibit) baglog jamur tiram. (Foto: Admin-r)

Cingebul.desa.id – Suhu tinggi masa pancaroba menyebabkan petani jamur tiram di Desa Cingebul Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengalami penurunan hasil panen harian. Pasalnya, pada masa berbuah, jamur tiram tidak bisa tumbuh optimal jika suhu melebihi 29 derajat celcius.

“Yang paling baik suhu untuk jamur tiram sekitar 23 hingga 27 derajat celcius. Tapi karena Cingebul dataran rendah, suhu paling rendah 25 derajat. Itu pun sudah sangat bagus,” ujar Ketua Kelompok SaE Organik, Nanik Ratna, Rabu (15/4).

Suhu rata-rata hariaan pada pertengahn April ini menurut Nanik berkisar antara 29 hingga 32 derajat celcius. Tidak itu saja, suhu tinggi ini dibarengi angin kencang yang bertiup sepanjang hari.

“Kombinasi antara suhu tinggi dan angin menyebabkan kelembapan kumbung jamur kurang. Paling kelembapan sekarang hanya 60 persen,” jelasnya.

Suhu tinggi dan kelembapan rendah menyebabkan penurunan panen hingga 40 persen. “Biasanya dalam sehari bisa 50 atau 60 kilogram, beberapa kali dalam periode puncak bulanan bahkan mencapai 75 kilogram. Tapi sekarang paling antara 20 hingga 40 kilogram,” tukasnya.

Senada dengan Nanik, pembudidaya jamur lainnya, Wahyono mengaku sudah melakukan berbagai upaya agar suhu dan kelembapan di dalam kumbung bisa terjaga. Antara lain dengan menaruh kain basah di rak-rak baglog jamur, menyiram lantai dua kali sehari dan memasang blower kabut. Namun upaya ini tidak menunjukkan hasil signifikan.

Namun, pembudidaya jamur memang terbiasa menghadapi fase naiknya suhu rata-rata harian. Sebab, saat ini adalah masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau.

“Tahun-tahun lalu menurut catatan saya di musim transisi rata-rata harian tidak sepanas ini. Tahun ini lebih panas,” jelas Wahyono.

Kendati demikian, ia mengaku tetap bersyukur. Sebab, saat suplai jamur tiram ke pasar wilayah Banyumas dan sekitarnya menurun, maka harga otomatis naik. Jika bisanya per kilogram jamur tiram di tingkat pengecer dijual dengan harga Rp 14 ribu per kilogram, maka sekarang dijual dengan harga Rp 16 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram.

“Ya ada kenaikan harga, bisa sedikit menutup kerugian akibat penurunan panen,” ujarnya. (admin-r)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *